Kisah Legenda Pantai Ulo Jember
Watu Ulo, dua kata yang mengambarkan watu (batu) ulo (ular) jadi batu yang wujudnya persis seperti ular. Ini adalah nama salah satu pantai yang ada di wilayah kabupaten Jember. Watu Ulo telah menjadi daya tarik tersendiri baik dari daerah Jember maupun di luar Jember. Selain indah menawan pantai di Watu Ulo memiliki pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya. Yang khas dari pantai Watu Ulo adalah terdapat susunan batu panjang yang menjorok ke pantai dan menyerupai bentuk ular.
Bila Anda berkunjung di sana, anda akan melihat sendiri kenapa batu tersebut dijuluki 'watu ulo' atau 'batu ular'. Selain bentuknya yang memanjang menyerupai ular, struktur batu tersebut juga mirip dengan sisik ular.
Keunikan struktur batu tersebut memunculkan banyak legenda serta cerita mengenai asal-usulnya.
Konon, dipercaya bahwa wilayah pantai selatan tersebut dihuni oleh Nogo Rojo yang berwujud ular raksasa. Nogo Rojo yang menguasai wilayah pantai ini memakan semua hewan yang ada di dalamnya, hingga masyarakat tidak bisa mendapatkan makanan dari tepat tersebut.
Konon pula, seorang pemuda bernama Raden Said dan Raden Mursodo, mereka bersaudara. Kedua pemuda tersebut adalah anak angkat dari Nini dan Aki Sambi, usia keduanya cukup tua. Raden Said dalam cerita ini dipercaya sebagai Raden Said atau dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Syahdan, Kedua pemuda tersebut memancing di tempat Nogo Rojo tinggal. Karena semua hewan di sana telah dimakan oleh Sang Ular Raksasa, maka kedua pemuda tersebut tak berhasil mendapatkan ikan satu pun. Hingga akhirnya, kail Raden Mursodo berhasil mengait satu ikan yang disebut ikan mina.
Ikan mina itu ternyata bisa berbicara. Dia meminta agar dilepaskan dan tidak dibunuh untuk dijadikan makanan. Sebagai gantinya, ikan mina tersebut akan memberikan sisik yang bisa berubah menjadi emas untuk Raden Mursodo. Raden Mursodo menyetujuinya dan melepas ikan mina itu kembali ke laut.
Namun, Nogo Rojo muncul lalu memakan ikan mina yang sudah dilepaskan oleh Raden Mursodo. Marah, Raden Mursodo melawan Sang Ular Raksasa dan membelah tubuhnya menjadi tiga bagian. Kisah inilah yang kemudian menjadi asal-muasal pantai Watu Ulo di pantai Jember.
Karena Ular raksasa, tiga potongan tubuh ular itu terpencar. Bagian badannya berada di Pantai Watu Ulo Jember, bagian kepalanya berada di Grajakan Banyuwangi, dan bagian ekornya berada di Pacitan. Potongan tubuh Nogo Rojo itulah yang kemudian hingga saat ini dipercaya menetap di pantai Watu Ulo dan menjelma menjadi batu-batuan yang menjorok ke laut.
Panjang Watu Ulo dari pesisir yang menjorok ke laut yang berada di atas pasir dan di bawah air adalah sekitar 500 meter. Namun besar watu ulo yang berada di bawah pasir masih belum diketahui hingga kini. Bahkan diyakini bahwa panjang watu ulo dari pesisir ke daratan bisa menembus sampai ke hutan di sekitar kawasan Watu Ulo dan Teluk Papuma.
Bila Anda berkunjung di sana, anda akan melihat sendiri kenapa batu tersebut dijuluki 'watu ulo' atau 'batu ular'. Selain bentuknya yang memanjang menyerupai ular, struktur batu tersebut juga mirip dengan sisik ular.
Keunikan struktur batu tersebut memunculkan banyak legenda serta cerita mengenai asal-usulnya.
Konon, dipercaya bahwa wilayah pantai selatan tersebut dihuni oleh Nogo Rojo yang berwujud ular raksasa. Nogo Rojo yang menguasai wilayah pantai ini memakan semua hewan yang ada di dalamnya, hingga masyarakat tidak bisa mendapatkan makanan dari tepat tersebut.
Konon pula, seorang pemuda bernama Raden Said dan Raden Mursodo, mereka bersaudara. Kedua pemuda tersebut adalah anak angkat dari Nini dan Aki Sambi, usia keduanya cukup tua. Raden Said dalam cerita ini dipercaya sebagai Raden Said atau dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Syahdan, Kedua pemuda tersebut memancing di tempat Nogo Rojo tinggal. Karena semua hewan di sana telah dimakan oleh Sang Ular Raksasa, maka kedua pemuda tersebut tak berhasil mendapatkan ikan satu pun. Hingga akhirnya, kail Raden Mursodo berhasil mengait satu ikan yang disebut ikan mina.
Ikan mina itu ternyata bisa berbicara. Dia meminta agar dilepaskan dan tidak dibunuh untuk dijadikan makanan. Sebagai gantinya, ikan mina tersebut akan memberikan sisik yang bisa berubah menjadi emas untuk Raden Mursodo. Raden Mursodo menyetujuinya dan melepas ikan mina itu kembali ke laut.
Namun, Nogo Rojo muncul lalu memakan ikan mina yang sudah dilepaskan oleh Raden Mursodo. Marah, Raden Mursodo melawan Sang Ular Raksasa dan membelah tubuhnya menjadi tiga bagian. Kisah inilah yang kemudian menjadi asal-muasal pantai Watu Ulo di pantai Jember.
Karena Ular raksasa, tiga potongan tubuh ular itu terpencar. Bagian badannya berada di Pantai Watu Ulo Jember, bagian kepalanya berada di Grajakan Banyuwangi, dan bagian ekornya berada di Pacitan. Potongan tubuh Nogo Rojo itulah yang kemudian hingga saat ini dipercaya menetap di pantai Watu Ulo dan menjelma menjadi batu-batuan yang menjorok ke laut.
Panjang Watu Ulo dari pesisir yang menjorok ke laut yang berada di atas pasir dan di bawah air adalah sekitar 500 meter. Namun besar watu ulo yang berada di bawah pasir masih belum diketahui hingga kini. Bahkan diyakini bahwa panjang watu ulo dari pesisir ke daratan bisa menembus sampai ke hutan di sekitar kawasan Watu Ulo dan Teluk Papuma.
Post a Comment