Makam Dinger, Suliono: Perlu Dilestarikan dan Dipromosikan Sebagai Destinasi Wisata

Suliono, Kepala Desa Tulungrejo


KSKINDONESIA.NET, BATU - Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji sebagai daerah yang pernah ditinggali Belanda dengan waktu yang cukup lama, tentu saja memiliki beberapa tempat yang merupakan peninggalan. Beberapa bangunan memiliki sejarah yang cukup jelas dan masih digunakan hingga saat ini, namun pada beberapa bangunan lain, sejarah yang dimilikinya masih belum banyak terungkap dan masih dilingkupi oleh sejumlah misteri.

Di antara bangunan yang dilingkupi misteri itu adalah sebuah bangunan yang tampak sudah cukup tua dan berada di tengah-tengah area perkebunan di daerah Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Bangunan yang diketahui bernama Makam Dinger ini memang tampak cukup menonjol dan berdiri sendiri, serta tampak masih megah di tengah-tengah hamparan area perkebunan yang berhawa dingin dan berbukit-bukit.

"Bangunan ini diketahui merupakan mausoleum atau sebuah kompleks makam milik keluarga Dinger. Hal ini diketahui berdasarkan sebuah pahatan yang tertera di bagian atas pintu bangunan ini yang bertuliskan 'Graf Familie Dinger' yang berarti makam keluarga Dinger. Di sebelah kiri dan kanan pahatan itu juga terdapat tulisan anno 1917 yang berarti tahun 1917 dan biasa digunakan sebagai penanda tahun pembangunan atau mungkin juga tahun penguburan di mausoleum itu," kata Kepala Desa Tulungrejo, Suliono, Senin (17/3/2019).

Suliono menambahkan, bahwa Makam Dinger dulunya digunakan untuk menyimpan peti mati milik Graaf J. Dinger dan istrinya. Ia jelaskan pula, bahwa kedua jenazah yang dulu disemayamkan di bangunan tersebut sudah dipindahkan ke negeri asalnya di Belanda dan tempat tersebut digunakan oleh warga sekitar untuk menyimpan barang.

"Kalau ada yang berstatemen lain itu salah. Sebab, jenazah Tuan Dinger itu sudah di bawa ke kampung halamanya di Belanda mas. Sekarang bangunannya digunakan warga untuk menyimpan barang," imbuh Suliono.

Lebih lanjut Suliono menerangkan, sebagai sebuah mausoleum, Makam Dinger telah kehilangan fungsi utamanya karena sudah tak ada lagi jenazah yang ada di dalamnya. Namun sebagai bangunan cagar budaya, makam Dinger ini harus dipertahankan dari serangan tangan-tangan usil ataupun tangan serakah yang ingin membuat kerusakan kecil ataupun menghancurkan bangunan ini seluruhnya

"Perlu adanya bentuk perhatian dari Pemerintah Kota Batu, seperti memberikan plang bertuliskan dilarang membuang sampah sembarang dan dilarang corat-coret di bangunan Makam Dinger. Karena, ini salah satu cagar budaya di Kota Batu yang perlu dilestarikan, dijaga serta dirawat dengan baik. Tujuannya apa? Supaya menjadikan destinasi wisata," jelas dia.

Saat di singgung cagar budaya Makam Dinger kerap dibuat hunting fotografi, Kepala Desa Tulungrejo yang akrab dengan insan pers ini mendukung dan mengapresiasi.

Eko Sabdianto, fotografer asal Kota Batu

"Itu bagus sekali mas, sebab dengan adanya para fotografer itu jelas membantu turut mempromosikan cagar budaya Makam Dinger sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Batu yang perlu di promosikan. Ya, melalui fotografer nantinya hasil fotonya kan bisa di share ke Sosial Media (Sosmed). Sehingga, dengan adanya bangunan peninggalan Belanda ini nantinya bisa cepat terkenal dan pastinya bakal ramai dikunjungi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu," pungkasnya.

Untuk diketahui, berdasarkan informasi yang dihimpun awak media, pada masa lalu dipercaya mausoleum ini memiliki kondisi yang cukup indah. Di bagian keliling bawah dari bangunan utama, terdapat kolam yang mengelilinginya. Itu lah mengapa pada jalan masuk menuju ke bangunan utama mausoleum ini terdapat sebuah jembatan walaupun pada saat ini di sekitar tempat itu tidak ditemukan sungai. (An)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.