Menggali Sejarah Singkat Asal-usul Pasuruan



KSKINDONESIA.NET, PASURUAN - Pasuruan, siapa tak kenal bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di wilayah yang kini mendapat gelar sebutan Kota Santri.

Kota Pasuruan yang hampir tidak dikenal ikon sejarah maupun wisatanya, Hal ini nampak dari tidak adanya rujukan terkait sejarah. Bahkan, dari beberapa sumber yang terkumpulkan diuraikan tentang daerah-daerah Gamda, Canjitam, Panarukan dan Panjarakan. Nama-nama tersebut diyakini sebagai nama Pasuruan di masa lalu.

Beberapa penafsiran atas asal muasal nama pasuruan yang ditulis sesuai dengan era kebutuhan masing masing, sehingga kinipun asal nama pasuruan tersebut belum diambil suatu keputusan baku. Adapun beberapa nama yang pernah ditulis oleh para penafsir terdahulu :

Pasuruan berasal dari nama “ Pak Saraah “
Menurut cerita orang belanda bernama hageman ( Direktur pabrik arak di Rejoso Pasuruan) yang pernah membaca babad menyebutkan bahwa pada saat pasuruan menjadi negeri (kerajaan) ada juragan perahu yang mendapat kecelakaan di laut yakni perahunya tenggelam, tetapi juragan perahu itu selamat dan dapat dan mendarat di kampung mandaran, orang tersebut bernama pak Saraah. Dari nama pak saraah ini terjadi perubahan ejaan bahasa jawa mengatakan “ Ketelahing boso “ menjadi Pa-sa-ra-ah atau pasraan lalu menjadi pasuruwan (Pasuruan). (Kitab sejarah Familie Nitie Adiningrat, 1914).

Pasuruan berasal dari nama “ Soeroehan “ (Suruhan)

Menurut Cerita Negeri Pasuruan itu berasal dari Bahasa Jawa yaitu : Soeroean/suruhan, (suruhan=kongkonan) dan juga bisa dengan bahasa jawa yang halus (kromo), suruhan = Pasedahan. Diceritakan bahwa para pati Pasuruan dahulu sering menjadi suruhannya para pembesar, baik dalam perkara pemerintahan ataupun dalam posisi perang (Kitab sejarah fmilie Nitie Adiningrat, 1914).

Pasuruan berasal dari nama “ Suruh “ dan “ Sirih “
Sebuah kakawin yang ditulis oleh pujangga Mpu Prapanca disebutkan nama Pasuruan berasal dari bahasa kuno “suruh”. Dalam hal ini memiliki dua arti Yaitu: A. Tempat orang orang yang melaksanakan perintah sangat dimungkinkan perintah dari seorang raja.

Tempat meletakkan daun sirih, atau seperangkat peralatan untuk menyirih, konon Pasuruan merupakan tempat atau kebun tumbuhnya tanaman sirih.

Ada pula yang menyebutkan bahwa Pasuruan berasal dari pasar/uang (Pasuruan). Pasuruan kuat kaitannya dengan fungsinya pelabuhan dalam ekuilibrium dinamis kerajaan Singosari atau Majapahit. Juga mengungkap singkat aktifitasnya sebagai pelabuhan transit dal lintas khususnya barang barang dari pelabuhan.

Dalam buku kerajaan islam pertama di jawa/HJ, De Graaf dan TH. Pigeuod mnyebutkan, bahwa sejak dahulu pelabuhan pasuruan merupakan pelabuhan yang sangat ramai, bahkan lebih ramai dan lebih tua daripada Tanjung Perak Surabaya.

Sehingga, sangat dimungkinkan bahwa komunitas awal dan adanya manusia juga berawal dari daerah sekitar pantai.

Begitu ramainya pelabuhan pasuruan, kota pasuruan tidak pernah tidur akan aktifitas perdagangan antar daerah dan antar pulau. Pasuruan merupakan tempat begitu mendapatkan uang karena aktifitas pasar pelabuhannya. Begitu melekatnya dihati para pedagang dan nelayan ,manakala mereka akan pergi ke Pasuruan menyebutnya ke Pasar-uang = pasaruang = Pasuruan.

Sebagai kata awal komunitas manusia, pasuruan merupakan kota pelabuhan/pantai yang sangat tua. Bahkan sudah terjadi suatu transaksi barang sebelum manusia mengenal alat tukar (uang), pada saat itu pasuruan masih menggunakan sistem barter.

Dari kelompok ini mereka mengerti uang setelah mereka menukar baranganya dengan uang. Uang mereka simpan dan ditukar dengan barang lagi manakala sudah tidak mempunyai barang lagi mereka ke pasar hanyalah untuk menukar barang menjadi uang, sehingga menjadi kebiasaan manakala mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan uang datang ke pasar-uang=pasaruang=pasuruan.

Pasuruan adalah kota pelabuhan kuno yang memiliki sejarah masa lalu yang sangat gembira dan panjang sejak jaman kerajaan airlangga dan dikenal dengan sebutan “ Paravan “.

Pasuruan juga disebut “ Gembong “ dan “ Gamda “pada awal abad XVI saat dikuasai oleh Pate Supetak saat seorang raja jawa timur yang beragama hindu dan dikenal sebagai pendiri ibu kota Pasuruan.

Pada tahun 1545, Pasuruan dapat ditaklukkan oleh Sultan Trenggono dari Demak dan sejak saat itu pasuruan menjadi kekuatan islam yang penting di ujung timur Pulau Jawa. Pada tahun 1601, kerajaan Blambangan yang masih beragama hindu budha dapat direbut oleh Pasuruan. (Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.