Tanda -Tanda Husnul Khatimah
Muhammad ibnu Abi Hatim bercerita, "Aku mendengar bahwa Abu Manshur Ghalib ibnu Jibril telah didatangi oleh Abu Abdillah Bukhari, dan ia berkisah bahwa Imam Bukhari telah menginap di rumahnya beberapa hari, ketika itu ia sedang sakit dan bertambah parah sakitnya sehingga dikirim utusan ke kota Samarkand untuk mengeluarkan Muhammad.
Ketika Imam Bukhari setuju, ia pun bersiap-siap untuk pergi, lalu beliau memakai sepatu boot (Khuf) dan jubahnya. Kemudian, ketika ia telah berjalan sebanyak dua puluh langkah dan aku sendiri tengah memegang lengannya dan ada seseorang lainnya memegang lengan lainnya untuk menuntun Imam ke tunggangannya, tiba-tiba beliau berkata, "bantulah aku untuk pergi!" padahal saat itu beliau masih lemah, kemudian Imam Bukhari berdoa, tetapi tidak lama kemudian ia gemetar dan meninggal, dan ada keringat yang mengucur seperti sesuatu yang tidak bisa dilukiskan. Keringat itu tidak mau berhenti sampai-sampai kami bersihkan dengan bajunya.
Kemudian, aku teringat dengan wasiat yang dikatakannya untuk mengkafaninya dengan tiga kain putih yang tidak berbentuk baju dan jubah. Kami lantas memenuhi wasiatnya itu. Selanjutnya, tatkala kami telah menguburkan Imam, tersebar semerbak bau minyak wangi yang lebih wangi dari minyak misk dari arah kuburannya dan itu tetap berlangsung selama beberapa hari. Tampak pula pagar putih di langit yang terbentang mulai dari ujung kuburannya sehingga orang-orang heran dan berselisih pendapat. Adapun tanah kuburannya, orang-orang telah meninggikan kuburannya sampai tampak kuburannya itu dan kami pun tidak mampu lagi untuk menjaga kuburannya.
Akhirnya, kami membuat pagar kayu yang lebat agar tidak ada seorangpun mampu menjamah kuburannya sedang kuburannya sendiri telah ditinggikan dari tanah. Dengan begitu, tidak ada orang yang bisa mencapai kuburannya. Adapun bau wangi tetap ada selama beberapa hari lamanya sampai tersebar kabarnya ke seluruh penduduk negeri. Para penduduk terheran-heran mendengarnya hingga para lawan Imam menampakkan diri meskipun Imam Bukhari telah wafat. Beberapa diantaranya menziarahi kuburan Imam dan meminta maaf dengan menyesal karena mereka telah berani menghinanya."
Ketika Imam Bukhari setuju, ia pun bersiap-siap untuk pergi, lalu beliau memakai sepatu boot (Khuf) dan jubahnya. Kemudian, ketika ia telah berjalan sebanyak dua puluh langkah dan aku sendiri tengah memegang lengannya dan ada seseorang lainnya memegang lengan lainnya untuk menuntun Imam ke tunggangannya, tiba-tiba beliau berkata, "bantulah aku untuk pergi!" padahal saat itu beliau masih lemah, kemudian Imam Bukhari berdoa, tetapi tidak lama kemudian ia gemetar dan meninggal, dan ada keringat yang mengucur seperti sesuatu yang tidak bisa dilukiskan. Keringat itu tidak mau berhenti sampai-sampai kami bersihkan dengan bajunya.
Kemudian, aku teringat dengan wasiat yang dikatakannya untuk mengkafaninya dengan tiga kain putih yang tidak berbentuk baju dan jubah. Kami lantas memenuhi wasiatnya itu. Selanjutnya, tatkala kami telah menguburkan Imam, tersebar semerbak bau minyak wangi yang lebih wangi dari minyak misk dari arah kuburannya dan itu tetap berlangsung selama beberapa hari. Tampak pula pagar putih di langit yang terbentang mulai dari ujung kuburannya sehingga orang-orang heran dan berselisih pendapat. Adapun tanah kuburannya, orang-orang telah meninggikan kuburannya sampai tampak kuburannya itu dan kami pun tidak mampu lagi untuk menjaga kuburannya.
Akhirnya, kami membuat pagar kayu yang lebat agar tidak ada seorangpun mampu menjamah kuburannya sedang kuburannya sendiri telah ditinggikan dari tanah. Dengan begitu, tidak ada orang yang bisa mencapai kuburannya. Adapun bau wangi tetap ada selama beberapa hari lamanya sampai tersebar kabarnya ke seluruh penduduk negeri. Para penduduk terheran-heran mendengarnya hingga para lawan Imam menampakkan diri meskipun Imam Bukhari telah wafat. Beberapa diantaranya menziarahi kuburan Imam dan meminta maaf dengan menyesal karena mereka telah berani menghinanya."
Post a Comment